Beranda | Artikel
Mutiara Aqidah Islam
Minggu, 2 Oktober 2016

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Kami memohon kepada Allah Yang Maha Pemurah Rabb pemilik Arsy yang agung, semoga Allah menjadi penolong dan pelindung bagimu di dunia dan di akhirat, dan semoga Allah menjadikanmu orang yang diberkahi di mana pun berada. Semoga Allah jadikan dirimu apabila diberi nikmat bersyukur, apabila ditimpa musibah bersabar, dan apabila berbuat dosa bersitighfar. Sesungguhnya ketiga hal ini adalah tanda-tanda kebahagiaan dan keberuntungan seorang hamba (lihat dalam mukadimah risalah al-Qawa’id al-Arba’ dan al-Wabil ash-Shayyib)

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, perlu diketahui bahwasanya wajib atas kita untuk mempelajari empat perkara :

Pertama; ilmu. Yaitu mengenal Allah, mengenal nabi-Nya, dan mengenal agama Islam dengan dalil.

Kedua; beramal dengannya.

Ketiga; berdakwah kepadanya.

Keempat; bersabar dalam menghadapi gangguan di dalamnya.

Dalilnya adalah firman Allah (yang artinya), “Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih, saling menasihati dalam kebenaran, dan saling menasihati untuk menetapi kesabaran.” (al-‘Ashr : 1-3) (lihat dalam mukadimah risalah Tsalatsatul Ushul)

Saudaraku -semoga Allah memberkahimu- ketahuilah bahwa sesungguhnya kebutuhan kita terhadap ilmu dan hidayah jauh lebih besar daripada kebutuhan kita kepada makanan dan minuman. Karena hidayah dan ilmu adalah landasan untuk beribadah dan meraih surga.

Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (adz-Dzariyat : 56)

Allah berfirman (yang artinya), “Dan sembahlah Rabbmu sampai datang keyakinan; yaitu kematian.” (al-Hijr : 99)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya niscaya Allah pahamkan dia dalam hal agama.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Imam Ahmad rahimahullah berkata, “Manusia jauh lebih membutuhkan ilmu daripada kebutuhan mereka kepada makanan dan minuman. Karena makanan dan minuman dibutuhkan dalam sehari sekali atau dua kali. Adapun ilmu dibutuhkan sebanyak hembusan nafas.”

Ketahuilah, bahwa ibadah kepada Allah mencakup segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah baik berupa ucapan maupun perbuatan, yang tampak maupun yang tersembunyi. Ibadah kepada Allah ditegakkan di atas rasa cinta, takut, dan harap. Oleh sebab itu para ulama mengatakan bahwa ibadah merupakan perendahan diri kepada Allah yang dilandasi kecintaan dan pengagungan dengan melakukan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya sebagaimana yang diajarkan di dalam syari’at para rasul-Nya.

Allah berfirman (yang artinya), “Dan Rabbmu telah memerintahkan; bahwa janganlah kalian beribadah kecuali kepada-Nya, dan kepada kedua orang tua hendaklah kalian berbuat ihsan/berbakti…” (al-Israa’ : 23)

Allah berfirman (yang artinya), “Sungguh telah Kami utus kepada setiap umat seorang rasul yang menyerukan; Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.” (an-Nahl : 36)

Allah berfirman (yang artinya), “Barangsiapa menaati Rasul itu sesungguhnya dia telah menaati Allah.” (an-Nisaa’ : 80)

Allah berfirman (yang artinya), “Apa saja yang dibawa/diajarkan oleh Rasul kepada kalian ambillah, dan apa saja yang dilarang kepada kalian tinggalkanlah.” (al-Hasyr : 7)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Semua umatku pasti masuk surga kecuali yang enggan.” Para sahabat bertanya, “Siapakah orang yang enggan itu, wahai Rasulullah?” maka beliau pun menjawab, “Barangsiapa taat kepadaku dia akan masuk surga, dan barangsiapa yang durhaka kepadaku maka sungguh dia lah yang enggan.” (HR. Bukhari)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Demi Tuhan yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah seorang pun yang mendengar kenabianku diantara umat ini; apakah dia beragama Yahudi atau Nasrani, kemudian dia meninggal dalam keadaan tidak beriman dengan ajaran yang aku bawa melainkan dia pasti termasuk penghuni neraka.” (HR. Muslim)

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, seluruh para nabi dan rasul membawa ajaran Islam yaitu berserah diri kepada Allah dengan tauhid, tunduk kepada-Nya dengan penuh ketaatan, dan berlepas diri dari syirik dan pelakunya. Islam inilah jalan yang benar dalam beribadah kepada Allah.

Allah berfirman (yang artinya), “Barangsiapa mencari selain Islam sebagai agama maka tidak akan  diterima darinya dan kelak di akhirat dia akan termasuk golongan orang-orang yang merugi.” (Ali ‘Imran : 85)

Allah berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya, hendaklah dia melakukan amal salih dan tidak mempersekutukan dalam beribadah kepada Rabbnya dengan sesuatu apa pun.” (al-Kahfi : 110)

Allah berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuri imannya dengan kezaliman/syirik mereka itulah orang-orang yang diberikan keamanan dan mereka itulah orang-orang yang akan diberikan petunjuk.” (al-An’am : 82)

Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya barangsiapa yang mempersekutukan Allah maka benar-benar Allah haramkan atasnya surga dan tempat tinggalnya adalah neraka, dan tidak ada bagi orang-orang zalim itu seorang pun penolong.” (al-Ma’idah : 72)

Allah berfirman (yang artinya), “Sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada orang-orang sebelummu; Jika kamu berbuat syirik pasti lenyap seluruh amalmu dan benar-benar kamu akan termasuk golongan orang-orang yang merugi.” (az-Zumar : 65)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hak Allah atas segenap hamba adalah hendaknya mereka beribadah kepada-Nya dan tidak mempersekutukan dengan-Nya sesuatu apa pun.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu’anhu) 

Syirik adalah dosa besar yang paling besar dan kezaliman yang paling berat. Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik kepada-Nya dan akan mengampuni dosa-dosa lain di bawah tingkatan itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (an-Nisaa’ : 48)

Ketahuilah, bahwasanya ibadah tidaklah dikatakan ibadah kecuali bersama dengan tauhid. Dan tauhid artinya anda beribadah kepada Allah semata dan meninggalkan semua sesembahan selain-Nya. Ibadah adalah hak Allah semata, tidak boleh menujukan ibadah kepada selain-Nya. Beribadah kepada selain Allah di samping beribadah kepada Allah adalah syirik.

Allah berfirman (yang artinya), “Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan dengan-Nya sesuatu apa pun.” (an-Nisaa’ : 36)

Sesungguhnya Allah tidak ridha apabila dipersekutukan bersama-Nya dalam hal ibadah siapa pun atau apa pun bentuk sesembahan itu; apakah dia malaikat, nabi, wali apalagi batu dan pohon. Tidak ada yang berhak menerima ibadah kecuali Allah; karena hanya Allah yang menciptakan kita dan menciptakan orang-orang sebelum kita, dan Dia lah yang menciptakan langit dan bumi dengan segala isinya. Allah yang menurunkan hujan dan menumbuhkan tanam-tanaman.

Allah berfirman (yang artinya), “Wahai manusia, sembahlah Rabb kalian Yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian, mudah-mudahan kalian bertakwa.” (al-Baqarah : 21)

Saudaraku yang dirahmati Allah para ulama telah menegaskan, bahwa tauhid inilah perintah paling agung yang diberikan oleh Allah. Tauhid merupakan tujuan penciptaan segenap jin dan manusia. Tauhid merupakan misi dakwah seluruh rasul. Dan tauhid inilah syarat diterimanya seluruh amal. Tauhid inilah pondasi dan landasan bangunan agama. Tauhid inilah ruh ajaran Islam dan materi dakwah yang paling utama untuk dipelajari, diamalkan, dan diajarkan.

Tanpa tauhid maka semua amal kebaikan akan terbang sia-sia. Allah berfirman (yang artinya), “Dan Kami hadapi segala amal yang dahulu telah mereka kerjakan, maka Kami jadikan ia bagaikan debu-debu yang beterbangan.” (al-Furqan : 23)

Allah berfirman (yang artinya), “Katakanlah; Maukah kami kabarkan kepada kalian mengenai orang-orang yang paling merugi amalnya; yaitu orang-orang yang sia-sia amal usahanya di dalam kehidupan dunia sementara mereka menyangka bahwa dirinya telah melakukan perbuatan/amal dengan sebaik-baiknya.” (al-Kahfi : 103-104)


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/mutiara-aqidah-islam/